. awal yang baru.
chapter one (2).
keesokan harinya aku tersadar dari tidurku yang lumayan memakan waktu lama. aku mengamati tempat dimana aku terbaring lemas., di sampingku dapat aku rasakan ada seorang lelaki paruh baya tertidur pulas., tepat disamping tanganku yang dihiasi oleh infusan. ia begitu lelap tertidur hingga tak menyadari aku telah terbangun. aku memandang ke sekeliling., dan semuanya nampak tak asing. ruangan dengan interior serba putih bersih. pasti ini di rumah sakit. aku langsung teringat kejadian dan tindakan konyol aku kemarin malam. hhft. tapi itu semua aku lakuin demi bunda., tepatnya kenangan setelah bunda meninggal gak akan pernah mampu aku lupain bahkan hingga menghapusnya. rasa ketakutan aku itu yang membuat aku harus mau melihat ayah begitu terpukul., bahkan mungkin bisa frustasi.
tak lama kemudian keluarlah seorang wanita berusia 30an dari dalam kamar mandi yang ada di ruangan rawatku. ia begitu manis., anggun dan cantik mengenakan baju terusan dengan kerudung model panjang menutupi auratnya. begitu cantik hingga aku terpesona melihatnya. ia tampak membenarkan kerudungnya di depan cermin. dan kemudian ia pun menyadari aku tengah mengamatinya dari tadi., begitu seksama hingga aku tak sadar bahwa orang yang sedang aku amati sudah sadar dan kini ia melihat balik.
ia tersenyum., begitu menambah kecantikannya., auranya seakan terpancar. aku merasa begitu dibuatnya jatuh cinta jika aku adalah seorang lelaki. lalu akupun tersadar., apa mungkin dia wanita yang akan menggantikan bunda ? apa mungkin dia wanita yang telah merebut hati ayahku sendiri ?.
"Hai Alvira., kamu sudah bangun ?", ia berjalan mendekat padaku perlahan dengan anggunnya.
"Kamu siapa ?"
"Aku Amanda., teman ayah kamu !", senyumnya masih terus menghiasi bibirnya.
"Jadi kamu yang akan menggantikan BUnda?! . asal kamu tau ! aku gak akan pernah setuju !".
mendengar teriakkanku., ayah langsung terbangun dari tidur lelapnya. ia melihat aku dan tante Amanda yang akan ayahku nikahi bertengkar, lebih tepatnya lagi aku membentak2 wanita itu.
"KAMU KENAPA VIRA ???", bentakkan ayah membuatku terdiam.
"Aku gak suka ada wanita itu disini !", aku menunjuk tepat dimukanya. terdengar tak sopan, namun aku terlanjur sayang yang tidak mau kehilangan kenangan bunda selama hidup aku. meskipun kini bunda sudah beristirahat dibawah batu nisan yang selalu aku kunjungi setiap kali aku merasa sendiri.
"KAMU HARUS SOPAN VIRA !!".
"Aku gak akan bisa bersikap sopan sama dia !!. apalagi harus menghormati dia !!". emosiku semakin memuncak, meski aku merasakan bahwa detak jantungku mulai tidak stabil dan keringat semakin mengalir deras membasahi tubuh. tenagaku terkuras habis, hingga aku melemahdan kini aku hanya bisa diam.
selama setengah jam berdebat membuat aku semakin tak terkendali. namun pada akhirnya,,
"Ya udah mas, saya sepertinya lebih baik pulang. lagipula saya butuh istirahat. apalagi Vira, kehadiran saya disini hanya akan memperburuk kondisi Vira", tante Amanda mengucapkan kata2 itu dengan begitu lembutnya dan masih dihiasi senyum manisnya.
"Saya antar ya,Manda", ayah langsung berdiri dari duduknya.
"Gak usah mas, saya bisa pulang sendiri, lagipula saya bawa mobil sendiri. seharusnya mas temenin Vira aja disini. nanti kalau ada apa2, mas tinggal hubungi saya".
"Ya sudah, kamu hati2 ya !".
"Iya mas, Assalamualaikum....".
"Waalaikumsalamm..".
aku terdiam, tak ada sedikit pun tanda2 bahwa tante Amanda marah. padahal aku sudah memaki, membentak, bahkan berperilaku tidak sopan padanya. tapi ia masih bisa tersenyum, dengan begitu baiknya. namun itu semua tak membuat aku berubah keputusan. aku tetap belum bisa menerima dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar